Globalisasi tidak dapat dielakkan, tetapi globalisasi dapat dihadapi dengan strategi tertentu. Menurut Joseph. E. Etiglitz, strategi menghadapi globalisasi yang terpenting adalah Mengelola Globalsiasi itu. Sementara itu Thomas L. Friedman menguraikan pandangannya tentang cara menghadapi globalsiasi memalui analogi menarik,
Mengelola Globalisasi
Dalam mengelola globalisasi, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah merumuskan kebijakan politik luar negeri yang lebih realistis dan konstruktif. Untuk itu diperlukan kebijakan politik dan hubungan luar negeri yang:
menegaskan kembali ASEAN sebagai pilar utama politik luar negerinya. Penempatan ASEAN pada prioritas pertama perlu dinyatakan secara tegas mengingat bahwa pada masa pemerintahan sebelumnya terkesan hubungan dan politik luar negeri kita belum fokus. Bahkan, sempat ada keraguan dari negara-negara mitra dan juga pihak-pihak di dalam negeri mengenai pentingnya ASEAN bagi Indonesia.
memfokuskan perhatian Indonesia pada kebutuhan untuk mengembangkan interaksi dan hubungan baik dengan Jepang, Korea Selatan, Cina dan India. Hubungan dengan negara-negara tersebut tidak hanya penting dari segi jumlah nilai perdagangan semata, tetapi juga menyangkut kualitas komoditi yang diperdagangkan. Hubungan tersebut sekaligus merupakan antisipasi terhadap rencana pembentukan pasar bebas Asia Timur (East Asia Free Trade) ataupun rencana pembentukan masyarakat Asia Timur (East Asian Community).
memandang penting upaya untuk mengembangkan hubungan dengan sesama negara berkembang melalui forum OKI, G-7, GNB. Tentu, hubungan dengan negara-negara kawasan Eropa dan AS pun tetap harus dimasukkan ke dalam prioritas.
Berdasarkan tiga prioritas tersebut, bangsa Indonesia perlu melakukan serangkaian diplomasi untuk menyeimbangkan posisi tawar-menawar terhadap kemauan organisasi internasional, terutama Bank Dunia, WTO, dan IMF.
Namun, sebelum langkah itu diambil, bangsa Indonesia perlu lebih dulu mempersiapkan diri melalui integrasi ekonomi regional. Di kawasan Asia Pasifik, misalnya, ada APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) yang dimotori negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Kanada. Dalam skala yang lebih kecil juga ada North American Free Trade Area (NAFTA), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan sebagainya.
Memperkuat Akar Kebangsaan
Inti dari upaya memperkuat akar kebangsaan adalah berusaha mengeksplorasi kekuatan lokal, baik dari segi pemikiran maupun aksi untuk makin memberdayakan diri (masyarakat Indonesia).
Dalam segi pemikiran, perlu terus diupayakan pengembangan pemikiran dan perumusan kebijakan untuk menumbuh-kembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tengah masyarakat. Hal ini setidaknya mengacu pada temuan penelitian Benjamin White (1991), bahwa di wilayah pedesaan ada berbagai upaya diversifikasi pencarian nafkah di luar aktivitas pertanian, terutama di sektor jasa (waning, pasar, tambal ban, penarik becak, pedagang eceran). Demikian pula temuan penelitian Diane Wolf (1992) menunjukkan, bahwa sektor-sektor industri sangat tergantung pada sektor-sektor informal.
Dalam tataran aksi, salah satu caranya adalah menghidupkan kembali program Inpres Desa Tertinggal (IDT), lembaga keuangan mikro ataupun koperasi kredit, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mobilisasi daya dan dana dalam negeri (misalnya melalui program jaminan sosial nasional), menggunakan produk dalam negeri, serta membangun rasa solidaritas bangsa secara keseluruhan. Perlu pula dilakukan upaya-upaya revitalisasi kawasan wisata.
Berkaitan dengan peningkatan SDM, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat; contoh: melalui optimalisasi fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) dalam kerja sama dengan sektor swasta, menghidupkan kelompok belajar antarwarga masyarakat (kelompok tani, nelayan, tukang kayu, pedagang kecil), mengintensifkan kerja para penyuluh lapangan, dan sebagainya.
Dalam hal peningkatan SDM, selain peningkatan wawasan dan keterampilan, perlu pula dilakukan pengembangan mutu kepribadian. Dalam hal ini, Limas Sutanto menawarkan 4 proses utama melalui pendidikan dan pelatihan holistik. Pertama, penangkalan terhadap kekuatan-kekuatan negatif seperti kesenangan berlebih pada hal-hal duniawi, gaya hidup konsumtif, mentalitas by-pass, dan mentalitas instant. Kedua, proses keteladanan, yaitu diambilnya model-model manusia yang berhasil dalam hal ketangguhan kepribadian. Ketiga, perluasan penggunaan iptek dan keterampilan yang terjadi terus menerus. Keempat,peningkatan kehidupan religius seseorang.